HNEWS.CO.ID – Koordinator Nasional Alumni Perguruan Muhammadiyah (APM), Hardiansyah menyatakan pasangan calon nomor urut 2, Prabowo-Gibran tidak lolos dalam kriteria pedoman Muhammadiyah.
Hal itu berdasarkan khittah Muhammadiyah 2002, Munas Tarjih 2003 dan Tanfidz Muktamar Muhammadiyah ke-48, di Surakarta tahun 2022 tentang memilih pemimpin. Untuk itu, Prabowo-Gibran tidak layak untuk dipilih.
“Kami pastikan pasangan Prabowo dan Gibran tidak masuk dan tidak sesuai dengan kriteria dan pedoman tentang memilih pemimpin. Prabowo dan Gibran tidak layak untuk dipilih,” ucap Hardiansyah, di Jakarta, Senin (5/2).
Melihat dinamika yang ada, Menurutnya, kehadiran Prabowo dan Gibran merupakan bagian dari upaya untuk melancarkan kekuasaan atau politik dinasti.
“Dengan mengakali konstitusi untuk meloloskan Gibran menjadi cawapres dan terbukti terjadi pelanggaran etika di sana, tentu integritas pasangan ini patut untuk dipertanyakan,” ujarnya
Sementara dengan memilih Gibran, Hardiansyah menuturkan kalau Prabowo sebagai sosok pemburu kekuasaan yang tidak memiliki jiwa kenegarawan dan jiwa reformis.
“Kami khawatir Prabowo dan Gibran hanya akan membawa harapan palsu untuk pembangunan demokrasi dan mewujudkan Indonesia maju,” jelasnya.
Meski politik Muhammadiyah adalah politik kebangsaan, Hardiansyah menyebut Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggotanya untuk menggunakan hak pilih dalam politik sesuai hati nurani.
“Namun Muhammadiyah tetap membekali dengan sejumlah pedoman agar warga Muhammadiyah dapat memilih secara rasional dan kritis,” tandasnya.
Untuk itu, Hardiansyah menyampaikan Muhammadiyah berharap para pemimpin yang terpilih haruslah sosok-sosok negarawan sejati yang lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri, kroni, dinasti, dan kepentingan sesaat lainnya.
“Sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah guna kemaslahatan bangsa dan negara,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Muhammadiyah telah menyusun 7 kriteria memilih pemimpin melalui Munas Tarjih tahun 2023, diantaranya memiliki integritas (sidiq), kapabilitas (amanah), memiliki jiwa kerakyatan (tablig), visioner (fatanah), berjiwa negarawan, mampu menjalin hubungan internasional, dan memiliki jiwa reformis.
(HNews.co.id/SHA)