HNews.co.id, Jakarta – Masa tenang Pemilu dan Pilpres 2024 berakhir pada hari ini, Selasa (13/02/24). Selama periode itu, pasangan capres-cawapres dilarang melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kampanye secara langsung ataupun melalui media sosial.
Meski begitu, para kandidat capres dan cawapres tetap melakukan agenda internal. Misalnya capres nomor urut 01 Anies Baswedan. Dia menyambangi kediaman mantan wakil presiden Jusuf Kalla(JK) untuk merayakan ulang tahun Mufidah Jusuf Kalla ke-81, Senin (11/02/24).
Selain Anies, capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo juga sempat takziah ke Blacius Subono, pemeran Semar di puncak kampanye paslon nomor urut 3 di Solo, Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil beberapa lembaga survei, Anies dan Ganjar saling berebut posisi kedua dalam elektabilitas di Pilpres 2024. Sementara Prabowo Subianto kokoh di posisi puncak.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran 51,9 persen, Anies-Muhaimin 23,3 persen dan Ganjar-Mahfud 20,3 persen. Hal ini seperti dilansir CNN.
Hasil yang sama dilaporkan Lembaga Survei Nasional (LSN). Survei ini mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran 51,9 persen, Anies-Muhaimin 24,3 persen, dan Ganjar-Mahfud 18,7 persen.
Sementara survei Charta Politika menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran tercatat sebesar 42,2 persen. Kemudian, Ganjar-Mahfud ada di posisi kedua dengan elektabilitas 28 persen. Anies-Muhaimin di posisi buncit dengan elektabilitas 26,7 persen.
Pengamat politik Universitas Andalas, Asrinaldi menilai Ganjar punya peluang untuk menyalip elektabilitas Anies di masa tenang. Pertarungan Anies dengan Ganjar masih sengit di ‘tikungan terakhir’ Pilpres 2024.
Apalagi, lanjut dia, pada masa tenang ini muncul film dokumenter berjudul Dirty Vote yang mengulas perjalanan menuju Pemilu 2024.
Menurutnya, masyarakat saat ini mengalami kebimbangan dalam menentukan pilihan, sehingga akan terjadi proses perubahan suara yang sangat signifikan.
Ia mengatakan dokumenter Dirty Vote yang dirilis rumah produksi WatchDoc itu akan mengubah simpati masyarakat terhadap Anies dan Ganjar.
“Peluang Ganjar menyalip Anies besar. Swing voter perlu meyakinkan diri mereka untuk memilih Ganjar dengan kondisi seperti ini ya mereka sudah menetapkan pilihan tapi belum mantap ya bisa beralih ke Ganjar,” kata Asrinaldi kepada CNNIndonesia.com, Senin (12/2) malam.
Asrinaldi menyebut debat terakhir Pilpres 2024 turut menjadi faktor bertambahnya suara Ganjar jelang pencoblosan.
Sebab, Ganjar berada pada posisi yang nyaman, di mana dia mampu mengeksplorasi dan menjelaskan dengan baik kebijakan-kebijakan yang akan dibuat jika terpilih di Pilpres 2024.
“Itu bisa bertambah suara Ganjar dan selisih dengan Anies pun sedikit tidak terlalu banyak. Sehingga bisa disalip posisi Anies itu,” ucapnya.
Sementara itu, Asrinaldi meyakini elektabilitas Prabowo-Gibran mengalami penurunan pada masa tenang. Bahkan, isu Pilpres 2024 digelar satu putaran tak akan pernah terjadi.
Ia mengatakan penurunan elektabilitas Prabowo-Gibran merupakan dampak dari dugaan kecurangan-kecurangan di Pemilu dan Pilpres 2024 yang disajikan melalui Dirty Vote.
“Saya meyakini pemilih kita sangat cerdas dan simpati dengan orang yang dizalimi, sehingga suara Prabowo bisa turun dengan kejadian ini,” ujarnya.
Ia berpandangan elektabilitas Prabowo-Gibran tak lagi menyentuh angka 50 persen karena pemilih mengambang (swing voter) akan memilih Anies atau Ganjar.
“Bisa turun menjadi di bawah 40 persen, tapi di atas 35 persen. Range-nya seperti itu karena memang ada juga swing voters akan lari ke Ganjar atau ke Anies. Ini yang berpotensi menaikkan suara Ganjar atau suara Anies,” tuturnya.
Asrinaldi mengatakan dua hari menjelang Pemilu 2024 persepsi yang terbentuk di masyarakat yakni adanya kecurangan, keberpihakan, dan ketidakjujuran. Sehingga kondisi itu membuat beberapa pemilih memutuskan untuk beralih dukungan.
“Swing voter kayaknya berbagi karena yang simpati ini kan gabungan dari 04. Karena mereka dianggap sangat yakin sekali untuk bisa mengubah keadaan ini,” kata Asrinaldi.
Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul mengatakan dinamika Pilpres 2024 ditentukan hingga hari pencoblosan, 14 Februari besok. Menurutnya, dinamika yang terjadi saat ini cukup panas.
Ia mengatakan kampanye, debat capres-cawapres, visi misi dan film dokumenter Dirty Vote menjadi variabel swing voter dalam menentukan pilihan.
“Saya kira ini masih dinamika, tetapi ujungnya kan survei tidak terlalu signifikan karena sudah memasuki masa tenang,” ujar Adib.
Adib menyebut variabel-variabel itu akan digunakan swing voter dalam memilih, sehingga mampu mendongkrak elektabilitas Anies dan Ganjar.
Kendati demikian, kata dia, elektabilitas Prabowo-Gibran tetap berada di posisi teratas.
“Kalau menyalip saya kira biasa. Menurut saya masih bisa itu (Ganjar menyalip Anies). Cuma, apakah lembaga survei itu di masa tenang akan jor-joran mengeluarkan hasil surveinya. Karena rata-rata masa survei dikeluarkan sebelum masa tenang,” katanya.
Adib menjelaskan swing voter dalam menentukan pilihan tak hanya bermodalkan informasi-informasi yang beredar belakangan ini. Mereka juga menganalisa berdasarkan variabel-variabel di atas.
“Saya rasa efek dari film tidak terlalu banyak. Bahkan saya bisa melihat survei itu enggak terlalu jauh apa yang sudah ada itu,” jelasnya.
Menurutnya, kemungkinan elektabilitas Prabowo-Gibran turun pun sangat kecil. Sebab, pendukung Presiden Joko Widodo yang kini mendukung Prabowo tak tergoyahkan dengan isu-isu yang kini tengah menjadi perbincangan publik.
“Pendukung Jokowi ke Prabowo itu mohon maaf bukannya mengecilkan, mereka adalah akar rumput yang tidak terlalu terkoneksi dengan yang beginian,” kata Adib.
(Budi)